Wartaukm.com - Ekonom senior Chatib Basri mengatakan kondisi ekonomi Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional. Pujian itu datang dalam acara Annual Meetings 2023 International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group yang digelar di Maroko beberapa waktu lalu.
"Banyak yang menyatakan 'You are doing well'," kata Chatib Basri dalam wawancara, dikutip Senin (23/10).
Pertemuan tahunan IMF-World Bank merupakan acara yang digelar dua lembaga ekonomi dunia itu setiap tahun dengan tuan rumah negara yang berganti-ganti.
Forum tersebut mempertemukan perwakilan negara, hingga pebisnis untuk membahas mengenai situasi ekonomi dunia, sampai perkembangan teknologi. Indonesia tercatat pernah menjadi tuan rumah pertemuan tahunan tersebut pada 2018.
Chatib Basri yang hadir dalam pertemuan besar tersebut mengatakan banyak pihak menilai kondisi dunia sedang penuh dengan ketidakpastian. Kondisi tersebut ditandai dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina, dan konflik Hamas-Israel yang dikhawatirkan akan membuat harga minyak melonjak.
Meski dengan semua ketidak pastian itu, Chatib Basri mengatakan banyak pihak menilai kondisi ekonomi Indonesia sangat baik. Hal itu, kata dia, ditunjukkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang relatif lebih rendah ketimbang banyak negara lainnya.
"Ini beneran, dalam situasi seperti ini inflasinya relatif jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara," ujar dia.
Mantan Meteri Keuangan ini mengatakan beberapa pihak juga kagum dengan defisit neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia yang relatif kecil. Kondisi fiskal Indonesia, kata dia, juga dianggap terkontrol dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% atau lebih tinggi dari global.
"Jadi dari segi itu, Indonesia dianggap perform," kata dia.
Ini bukan kali pertama Indonesia dipuji. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan Indonesia juga banjir pujian. Pasalnya, selama delapan kuartal beruntun ekonomi RI bisa tumbuh di atas 5% dan defisit fiskal RI bisa kembali ke kisaran di bawah 3% jauh lebih cepat dari perkiraan di 2022.
Menurut Suahasil, tidak sedikit pihak yang menilai Indonesia termasuk yang terbaik di antara G20.
"IMF datang memuji, World Bank datang memuji Indonesia," ungkapnya. Indonesia dianggap menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat selama pandemi Covid-19, sehingga bisa pulih lebih cepat dibandingkan negara lain.
"Negara lain masih banyak yang defisit dan belum bisa kembali, Indonesia menjadi yang lebih cepat," kata Suahasil.
Sayangnya, di sisi lain, ekonomi Indonesia dinilai masih bergantung pada ekspor komoditas. Hal ini menjadi hambatan untuk Indonesia tumbuh lebih tinggi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kinerja ekonomi Indonesia saat ini masih terlalu mengandalkan naik turunnya harga komoditas. Dia mengatakan ketika harga komoditas naik, terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5%.
"Begitu booming komoditasnya selesai mulai terjadi tekanan ke berbagai indikator ekonomi," ujarnya.
Bhima menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga belum berbasis pada tujuan menguatkan struktur industri pengolahan. Hal itu, kata dia, dapat terlihat lewat porsi industri manufaktur yang terus menurun dibandingkan dengan Produk Domestic Bruto.
Bhima mengatakan hal itu terjadi karena program hilirisasi yang dilakukan pemerintah tidak sejalan dengan konsep industrialisasi. "Ini problem mendasarnya, basis pengolahannya masih sangat primer," ungkapnya.
Di sisi pertanian, Bhima mengatakan ketergantungan impornya makin besar, terutama beras, gula, dan kedelai. "Sektor pertanian makin ditinggalkan tenaga kerja usia produktif," pungkas Bhima.