Standard Post with Image
Kuliner

Mengenal Tumis Tabu Lo Iluliya, Kuliner Legendaris di Pesta Raja Gorontalo

Wartaukm.com - Satu lagi makanan khas Provinsi Gorontalo, namanya Tabu Lo Iluliya. Makanan yang satu ini sebagai perwujudan dari rempah-rempah dan olahan ikan khas perairan Teluk Tomini.

Biasanya, olahan kuliner yang satu ini terbuat dari ikan kakap dan ikan layang yang banyak ditemukan di laut Gorontalo. Tidak hanya ikan kakap, ikan mujair juga bisa diolah menjadi kuliner ini.

Belum lengkap rasanya pelancong di Gorontalo belum mencicipi kuliner legendaris ini. Tabu lo iluliya dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan bakar berbalut sambal yang dilumuri kuah tumis.

Seperti salah satu rumah makan yang ada di Kota Gorontalo. Kuliner Tabu Lo Iluliya menjadi menu jualan favorit untuk pengunjung. Ketika memasuki rumah makan, foto menu Tabu Lo Iluliya terpampang di rumah makan.

“Tingkat kepedasannya kuliner Tabu Lo Iluliya ini, tinggal tergantung selera pengunjung mau pedasnya standar atau ekstra,” kata Ekwan Ahmad pemilik rumah makan di dekat kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Kota Gorontalo.

Eko menjelaskan, tampilan Tabu lo Iluliya terlihat seperti menu ikan bakar yang ditambah sambal di atasnya. Namun, kuliner satu ini memiliki letak perbedaan pada kombinasi rempah-rempah, seperti jahe, kunyit, laos merah, serai, lada, kemiri, ketumbar, pala, dan rempah penyedap lainnya.

“Ikannya tidak terlalu gosong jika dibakar. Terus ikan yang dipilih juga ikan mujair, bandeng atau kakap yang segar dan tidak terlalu besar,” ujarnya.

Standard Post with Image
Ide bisnis

Seminar Entrepreneurship Universitas BSI Ladang Mahasiswa Gali Ide Bisnis

Wartaukm.com - Sebagai Kampus Digital Kreatif, Universitas  Bina Sarana Informatika (BSI) tak hanya menjadikan lulusannya berkompeten dalam dunia kerja, melainkan juga mengajarkan lulusannya menjadi seorang pengusaha. Untuk menjadi seorang pengusaha, Universitas BSI bersama lembaga BSI Entrepereneur Center (BEC) mendidik seluruh mahasiswanya menjadi pengusaha sebelum wisuda, melalui Seminar Entrepreneurship yang akan dilaksanakan, pada Selasa, (31/10) mendatang, di Universitas BSI kampus Tasikmalaya. 

Dini Silvi Purnia selaku koordinator BEC Universitas BSI kampus Tasikmalaya mengatakan bahwa Seminar Entrepreneurship sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menggali ide bisnis, mengembangkan hingga menjalankan bisnis mereka sendiri. 

“Seminar ini akan membantu mahasiswa atau calon pengusaha untuk memahami dasar-dasar bisnis, seperti perencanaan bisnis, model bisnis, analisis pasar, strategi pemasaran, dan aspek-aspek lain yang diperlukan untuk mengelola bisnis,” ujarnya dalam rilis yang diterima, Senin (23/10/2023). 

Kegiatan ini, lanjutnya akan mengundang narasumber yang merupakan pengusaha kuliner terkenal di kota Tasikmalaya. Dengan mendengar tentang kegagalan dan kesuksesan pengusaha lain dapat membantu mahasiswa memahami tantangan yang dihadapi dalam berbisnis dan cara mengatasinya. 

“Menghadirkan entrepreneur handal, akan membantu mahasiswa untuk mendapatkan ide bisnis serta merancang bisnis yang kuat. Hal ini penting jika mereke berencana untuk mencari pendanaan dari investor atau lembaga keuangan,” imbuh Dini. 

Ia menambahkan, seminar seringkali memiliki akses ke berbagai sumber daya yang berguna, seperti pusat inkubasi bisnis, mentor, lembaga pendanaan, dan program akselerator yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan bisnis mereka. Dengan Seminar Entrepreneurship ini juga dapat membantu mahasiswa mengembangkan mindset kewirausahaan, termasuk ketangguhan, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi. Ini merupakan aspek penting dalam menjalankan bisnis. 

“Harapannya dengan adanya seminar entrepreneurship ini dapat memberikan wawasan, keterampilan, dan inspirasi yang sangat berharga bagi mahasiswa yang bermimpi menjadi pengusaha. Hal ini membantu mereka mempersiapkan diri untuk mengejar karier dalam dunia bisnis dan meminimalkan risiko kegagalan,” tandasnya. 

Standard Post with Image
UKM

Bukan soal Offline atau Online, Ini PR Besar UMKM RI Bisa Bersaing

Wartaukm.com - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, mengatakan sudah saatnya perdebatan soal penjualan secara online dan offline dihentikan. Baginya, kedua hal tersebut adalah opsi yang sama-sama bisa digunakan untuk menjangkau pembeli.

"Online itu menghadirkan disrupsi dan peluang baru. Nah artinya, menurut saya tidak usah lagi dipertentangkan offline dan online dipertentangkan karena itu opportunity (peluang)," ucap Teten dalam agenda "Omnichannel Trends: Meeting the Modern Consumers' Preference" yang terlaksana di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

Namun, ia menjelaskan saat ini tidak semua pelaku UMKM mempunyai kemampuan berdagang di platform online. Hal ini menurutnya, disebabkan faktor kapasitas produksi dan pengetahuan. Oleh sebab itu, ia menjelaskan pemerintah saat ini sedang berupaya melatih para pedagang untuk bisa berjualan secara online melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Menurutnya, persoalan utama yang ada saat ini adalah produk-produk impor dari luar negeri yang dijual secara murah. Bukan soal model penjualan offline maupun online.

"Offline dan online jangan kalah bersaing dari produk dari luar yang dijual online begitu murah. Katakanlah produk-produk dari China, kalau dijual normal pun seperti elektronik, kosmetik, pasti kita tidak bisa bersaing. Karena mereka punya semua bahan bakunya. Jadi isunya sekarang adalah bagaimana kita bisa bersaing dengan produk dari luar yang masuk ke Indonesia. Ini yang mau kita atur di pemerintah," bebernya.

Standard Post with Image
Ekonomi

Ekonomi Indonesia Banjir Pujian dari Dunia, Ini Faktanya!

Wartaukm.com - Ekonom senior Chatib Basri mengatakan kondisi ekonomi Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional. Pujian itu datang dalam acara Annual Meetings 2023 International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group yang digelar di Maroko beberapa waktu lalu.

"Banyak yang menyatakan 'You are doing well'," kata Chatib Basri dalam wawancara, dikutip Senin (23/10).

Pertemuan tahunan IMF-World Bank merupakan acara yang digelar dua lembaga ekonomi dunia itu setiap tahun dengan tuan rumah negara yang berganti-ganti.

Forum tersebut mempertemukan perwakilan negara, hingga pebisnis untuk membahas mengenai situasi ekonomi dunia, sampai perkembangan teknologi. Indonesia tercatat pernah menjadi tuan rumah pertemuan tahunan tersebut pada 2018.

Chatib Basri yang hadir dalam pertemuan besar tersebut mengatakan banyak pihak menilai kondisi dunia sedang penuh dengan ketidakpastian. Kondisi tersebut ditandai dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina, dan konflik Hamas-Israel yang dikhawatirkan akan membuat harga minyak melonjak.

Meski dengan semua ketidak pastian itu, Chatib Basri mengatakan banyak pihak menilai kondisi ekonomi Indonesia sangat baik. Hal itu, kata dia, ditunjukkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang relatif lebih rendah ketimbang banyak negara lainnya.

"Ini beneran, dalam situasi seperti ini inflasinya relatif jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara," ujar dia.

Mantan Meteri Keuangan ini mengatakan beberapa pihak juga kagum dengan defisit neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia yang relatif kecil. Kondisi fiskal Indonesia, kata dia, juga dianggap terkontrol dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% atau lebih tinggi dari global.

"Jadi dari segi itu, Indonesia dianggap perform," kata dia.

Ini bukan kali pertama Indonesia dipuji. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan Indonesia juga banjir pujian. Pasalnya, selama delapan kuartal beruntun ekonomi RI bisa tumbuh di atas 5% dan defisit fiskal RI bisa kembali ke kisaran di bawah 3% jauh lebih cepat dari perkiraan di 2022.

Menurut Suahasil, tidak sedikit pihak yang menilai Indonesia termasuk yang terbaik di antara G20.

"IMF datang memuji, World Bank datang memuji Indonesia," ungkapnya. Indonesia dianggap menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat selama pandemi Covid-19, sehingga bisa pulih lebih cepat dibandingkan negara lain.

"Negara lain masih banyak yang defisit dan belum bisa kembali, Indonesia menjadi yang lebih cepat," kata Suahasil.

Sayangnya, di sisi lain, ekonomi Indonesia dinilai masih bergantung pada ekspor komoditas. Hal ini menjadi hambatan untuk Indonesia tumbuh lebih tinggi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kinerja ekonomi Indonesia saat ini masih terlalu mengandalkan naik turunnya harga komoditas. Dia mengatakan ketika harga komoditas naik, terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5%.

"Begitu booming komoditasnya selesai mulai terjadi tekanan ke berbagai indikator ekonomi," ujarnya.

Bhima menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga belum berbasis pada tujuan menguatkan struktur industri pengolahan. Hal itu, kata dia, dapat terlihat lewat porsi industri manufaktur yang terus menurun dibandingkan dengan Produk Domestic Bruto.

Bhima mengatakan hal itu terjadi karena program hilirisasi yang dilakukan pemerintah tidak sejalan dengan konsep industrialisasi. "Ini problem mendasarnya, basis pengolahannya masih sangat primer," ungkapnya.

Di sisi pertanian, Bhima mengatakan ketergantungan impornya makin besar, terutama beras, gula, dan kedelai. "Sektor pertanian makin ditinggalkan tenaga kerja usia produktif," pungkas Bhima.