Kemenkeu Dorong UKM Ekspor ke Pasar Internasional

Share this Post:
Standard Post with Image

Wartaukm.com - Kementerian Keuangan melakukan berbagai upaya agar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat bersaing di pasar internasional. Salah satu caranya adalah melaksanakan Program PKE.

Maqin U. Norhadi selaku Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), mengungkapkan bahwa pemerintah akan terus menindaklanjuti Program PKE.

“Program PKE UKM merupakan bentuk kehadiran negara melalui Kementerian Keuangan RI yang diberikan kepada LPEI sebagai bentuk dukungan APBN kepada para pelaku usaha berorientasi ekspor," ujarnya.

"Dengan PKE UKM, UKM berorientasi ekspor memiliki akses yang lebih mudah ke pembiayaan, penjaminan, asuransi ekspor, dan jasa konsultasi," tambah Maqin.

Dalam kurun waktu 2021 hingga September 2023, bantuan APBN pada Program PKE mencapai Rp924 miliar yang digunakan lebih dari 120 Pelaku UKM dengan lebih dari 30 produk untuk diekspor ke lebih dari 40 negara.

"Dan untuk tahun 2024, program ini akan terus berlanjut serta diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat," kata Maqin.

"Program PKE UKM dapat membantu mengatasi hambatan permodalan yang kerap menjadi hambatan utama UKM, sehingga ke depannya para pelaku UKM terus memiliki daya saing pada pasar internasional dan menjadi bagian dari rantai pasok global (global value chain)," jelasnya.

Salah satu pelaku UKM yang telah melaksanakan Program PKE hingga dapat masuk pasar ekspor adalah Astin Atsna, Pemilik CV Hugo Inovasi. Pada awalnya dia adalah pengusaha konstruksi, lalu beralih menjadi eksportir gula kelapa.

Astin memulai industri gula kelapanya sejak 2012, saat dia sedang dia melakukan pendampingan pada para petani gula kelapa lokal. Dari pendampingan tersebut,

Astin berharap dapat meningkatkan kompetensi para petani gula kelapa agar peningkatan produksi dan pendapatan dapat dialami oleh para petani. Seiring waktu berjalan, Astin memiliki orientasi jika gula kelapa tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal, maka memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. 

Dari kegiatan pendampingan tersebut , Akhirnya Astinpun mendirikan CV Hugo Inovasi pada tahun 2019 dengan maksud untuk melakukan ekspor secara langsung.  

“Saat ini, kami melakukan pendampingan kepada sekitar 1.000 petani binaan, memberikan dukungan berupa pelatihan, penyediaan alat-alat produksi, dengan harapan petani dapat diversifikasi produk, meningkatkan kuantitas dan kualitas produk,” ujar Astin.

"Petani yang tadinya hanya menghasilkan barang mentah berupa nira, kini juga mampu menghasilkan produk bernilai tambah seperti gula cetak, gula cair dan gula kristal," jelasnya.

Untuk sukses menembus pasar ekspor, Astin selalu memperhatikan kualitas produknya. Dia telah membangun sistem quality control yang bertugas untuk menjaga kualitas produk.

Menurut Astin, agar dapat masuk pasar ekspor, diperlukan kualitas produk dalam ketentuannya. Dia memiliki sistem quality control yang dapat menjaga kualitas produk.

"Saya sendiri turun langsung memantau kondisi produk di tingkat petani dan melakukan pendampingan yang diperlukan untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga," kata Astin.

“Selain memberikan pendampingan, kami melakukan pertemuan secara berkala untuk berbagi pengetahuan dan wawasan dengan petani untuk menjaga kualitas produk. Pendampingan yang kami lakukan juga ternyata dapat meningkatkan pendapatan petani gula kelapa hingga 30%,” tambahnya.

Produk gula kelapa ini dapat menarik minat pasar internasional. Terdapat 10 negara tujuan yang menjadi konsumen produk ini, diantaranya Amerika Serikat, Spanyol, Ghana, Inggris, Arab Saudi, Bahrain, Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia, dan Australia.

"Hingga saat ini, lebih dari 90% penjualan CV Hugo Inovasi berasal dari ekspor," ujar Astin.

Astin mengungkapkan bahwa keberhasilan usahanya tidak lepas dari ketelitian dalam melihat peluang bisnis, kerja keras, dan kerjasama dengan berbagai pihak. Diantaranya adalah memanfaatkan pembiayaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui program Penugasan Khusus Ekspor untuk mendukung sektor Usaha Kecil dan Menengah Berorientasi Ekspor (PKE UKM).

Modal kerja untuk memenuhi permintaan konsumen dari luar negeri sert meningkatkan jumlah produksi produk berasal dari Program PKE.

“Kehadiran LPEI di tengah-tengah pelaku UKM seperti kami ini sangat membantu. Selain mendapatkan pembiayaan dari LPEI, kami juga dapat berkonsultasi misalnya bagaimana dalam menyusun laporan keuangan yang baik,” kata Astin.

"Dukungan yang diberikan LPEI ini dapat meningkatkan kapasitas usaha, memperluas akses pasar, sehingga upaya untuk terus merangkul lebih banyak petani lokal dapat terus berlangsung serta kesejahteraan mereka dapat terus meningkat," ujarnya.

Share this Post: